Rabu, 11 Februari 2009

Albumin Ikan Gabus

PENGGUNAAN ALBUMIN IKAN GABUS (OPHIOCEPHALUS STRIATUS) PADA PENUTUPAN LUKA

Latar Belakang

Daging ikan merupakan bahan biologik yang secara kimiawi disusun protein, karbohidrat, lemak, vitamin, enzim dan sebagainya (Hadiwiyoto, 1993). Kadar protein ikan 16 – 20 %, yang terdiri dari asam amino esensial dan non esensial (Tranggono, 1991). Protein digunakan untuk pertumbuhan sel, penyusun struktur sel, memelihara membran sel, penyusun antibodi, hormon dan enzim (Prawirokusumo, 1994). Protein yang banyak perperan dalam hal tersebut adalah protein plasma. Albumin dalam plasma darah 3,5 – 5,5 g/dl sedangkan globulin hanya 1,5 – 3 g/dl (Murray at al., 1993).
Albumin dihasilkan hati yang tersusun dari 548 asam amino. Lima puluh persen sintesis protein hati adalah albumin dengan produksi total 100–200 mg/kg BB/hari. Albumin mempengaruhi 80% tekanan osmotik koloid, yang berikatan kation dan anion serta pengangkut asam lemak, obat-obatan, hormon, enzim, logam, dan radikal bebas (Kemalasari, 2002).
Rendahnya albumin dijumpai pada kasus malnutrisi, kelaparan dan kasus patologi pencernaan sehubungan dengan daya cerna dan penyerapan protein. Turunnya kadar serum albumin akan menyebabkan turunnya tekanan osmotik darah, akibatnya terjadi perembesan cairan yang menerobos pembuluh darah masuk kejaringan tubuh sehingga terjadi oedema (Winarno, 1993)
Penurunan kadar albumin dapat dicegah dengan pemberian albumin dari luar tubuh, mengingat sintesis albumin dalam tubuh sangat sedikit. Kasus seperti ini terjadi pada pasien pasca operasi yang memerlukan penyembuhan luka dengan cepat. Albumin dan Zn berperanan penting dalam penyembuhan luka, karena albumin memiliki kemampuan mengikat Zn serta mengangkutnya dalam plasma darah (Harper et al., 1996). Menurut Japaries (1988) defisiensi Zn menyebabkan kurangnya daya penyembuhan luka.
Untuk memenuhi kebutuhan albumin pada pasien pasca operasi, selama ini digunakan Human Serum Albumin (HSA) impor yang harganya sangat mahal (Rp. 1.820.600/600 ml dan Rp. 1.573.200/200 ml) dan setiap pasien pasca operasi memerlukan 2 – 4 botol, oleh karena itu perlu dicari sumber albumin yang lebih murah tetapi mempunyai aspek klinis yang sama seperti HSA.
Telah diuji coba pada instalasi gizi dan bagian bedah RSUD Dr. Syaiful Anwar Malang terhadap pasien pasca operasi dengan kadar albumin rendah (1,8 g/dl). Pemberian diet 2 kg ekstrak ikan gabus per hari mampu meningkatkan albumin darah menjadi normal (3,5 – 5,5 g/dl) dan luka operasi menutup dalam waktu 8 hari tanpa efek samping. Pada uji coba yang sama, pemberian diet 15 butir telur per hari selama 8 hari, kadar albumin menjadi normal tetapi timbul efek samping kadar kolesterol meningkat. Hal ini berbahaya bagi pasien yang mengalami resiko kadar kolesterol tinggi (Soemarko, 1998). Kandungan protein ikan gabus cukup tinggi bila dibandingkan ikan yang lain yaitu 25,2 g/100 g daging ikan gabus segar. Selain itu dikatakan oleh Suprayitno, dkk (1998) bahwa ikan gabus mengandung albumin 62,24 g/kg dan Zn 17,41 mg/kg.
Metode pemberian obat bisa melalui anus, mulut, injeksi, oles, hirup, suntikan langsung ke dalam pembuluh darah (intravena) (Anonymous, 2003). Permasalahan yang dapat diambil apakah pemberian albumin ikan gabus dengan cara berbeda berpengaruh terhadap penutupan luka.

1.2 Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian adalah untuk menentukan metode pemberian albumin ikan gabus yang efektif terhadap penutupan luka tikus.
1.3 Kegunaan
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi mengenai metode pemberian albumin ikan gabus terhadap penutupan luka dan kadar serum albumin pada tikus sehingga dapat digunakan sebagai pengganti HSA.

1.4 Hipotesis
Pemberian albumin ikan gabus secara langsung pada luka dalam bentuk serbuk mampu mempercepat penutupan luka tikus dibanding metode yang lain.




2. METODE PENELITIAN
Metode penelitian yang digunakan adalah eksperimen. Parameter penelitian adalah serum albumin, Zn, berat badan dan penutupan luka. Rancangan percobaan yang digunakan adalah Rancangan Acak Kelompok (RAK) dengan perlakuan A pemberian serbuk albumin melalui sonde, B pemberian serbuk albumin secara langsung pada luka, C pemberian serbuk albumin langsung pada luka dalam bentuk pasta dan D sebagai kontrol. Ulangan sebanyak 3 kali. Proses Pembuatan Serbuk Albumin Ikan Gabus disajikan pada gambar 1.




















Gambar 2. Prosedur uji biologis pada tikus














3. HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1 Kadar Serum Albumin
Kadar serum albumin tikus pasca perlakuan adalah 2,73 g/dl (A), 3,16 g/dl (B), 3,31 g/dl (C) dan 2,88 g/dl untuk tikus kontrol. Kadar serum albumin pada tikus pra dan pasca perlakuan disajikan pada Tabel 1.
Table 1. Kadar Serum albumin tikus pra dan pasca perlakuan
Pelakuan Kadar serum albumin (g/dl) Perubahan (%)
Pra Perlakuan Pasca Perlakuan Peningkatan Penurunan
A 3.18 2.73 14.15
B 2.58 3.16 22.48
C 3.11 3.31 6.43
Kontrol 4.37 2.88 34.09
Keterangan :
 Perlakuan A : metode sonde, 1 g serbuk albumin + 4 cc air + 1 % CMC.
 Perlakuan B : langsung pada luka, 1 g serbuk albumin.
 Perlakuan C : metode oles, 1 g serbuk albumin + 4 cc air + 2 % CMC.
 Kontrol : tanpa perlakuan

Dari Tabel 1 nampak bahwa albumin perlakuan A turun 14,15 % dari 3,18 g/dl menjadi 2,73 g/dl. Perlakuan B albumin meningkat 22,48 % dari 2,58 g/dl menjadi 3,16 g/dl. Perlakuan C meningkat 6,43 % dari 3,11 g/dl menjadi 3,31 g/dl. Untuk kontrol turun 34,09 % dari 4,37 g/dl menjadi 2,28 g/dl.
Hasil analisis data menunjukkan bahwa kadar albumin tikus perlakuan dan kontrol tidak berbeda nyata (F hitung  F tabel 0,05). Hal ini karena kadar serum albumin tikus mulai naik menuju ke keadaan normal 3,5 – 5,5 g/dl (Murray et al., 1993). Penurunan albumin dapat terjadi karena tikus dalam keadaan sakit setelah dilukai. Hal ini sesuai dengan pendapat Davidson et al., (1979) bahwa turunnya kadar protein, terutama albumin dalam tubuh dapat terjadi karena adanya luka atau kerusakan dalam jaringan sisa operasi.
Penurunan albumin perlakuan A, disebabkan penyerapan dan distribusi albumin yang lambat karena albumin ikan gabus harus melewati proses metabolisme sebelum digunakan atau adanya luka dalam akibat jarum sonde atau albumin dalam tubuh maupun intake masih digunakan penyembuhan luka. Menurut Harper et al. (1996), bahwa selama masa pertumbuhan dan perbaikan jaringan yang rusak harus disediakan kalori tambahan. Nutrisi yang ada, disamping untuk aktivitas juga penyembuhan luka, sehingga tikus belum normal kadar albuminnya. Pada kondisi kekurangan protein, tubuh akan menarik cadangan energi dalam jaringan dan protein plasma termasuk albumin untuk kebutuhan metabolisme. Penurunan kadar albumin perlakuan A 14,15 %, lebih kecil dibanding tikus kontrol 34,09 % hal ini kemungkinan disebabkan karena intake protein albumin yang sedikit sehingga metabolisme dalam tubuh menurun, begitu juga kadar serum albumin. Kebutuhan protein harian tikus adalah 25 % dari total berat badan (Smith, 1988).
Peningkatan albumin tikus perlakuan B dan C hal ini mungkin disebabkan karena albumin tubuh tidak banyak digunakan untuk perbaikan jaringan, sehingga kadar albumin tikus menjadi normal. Peningkatan kadar albumin perlakuan B lebih besar daripada C hal ini karena albumin dalam bentuk serbuk dapat diserap langsung oleh luka. Untuk perlakuan C penyerapan albumin oleh luka kurang sempurna karena adanya penambahan air dalam pasta.

3.2 Kadar Zn Darah
Kadar Zn darah tikus pasca perlakuan adalah 0,1268 g/dl (A), perlakuan B 0,1967 g/dl, C 0,1419 g/dl, tikus kontrol 0,1770 g/dl. Kadar Zn darah tikus pra dan pasca perlakuan disajikan pada Tabel 2.
Tabel 2. Kadar Zn darah tikus pra dan pasca perlakuan
Pelakuan Kadar Zn (g/dl) Perubahan kadar Zn (%)
Pra Perlakuan Pasca Perlakuan Peningkatan Penurunan
A 0.1280 0.1268 0.9375
B 0.1863 0.1967 5.5231
C 0.1258 0.1419 12.7980
Kontrol 0.1968 0.1770 10.0609

Dari Tabel 2 nampak bahwa kadar Zn darah tikus perlakuan A turun 0,9375 % B meningkat 5,5231 %, C meningkat 12,7980 % dan tikus kontrol turun 10,0609 %.Hasil analisis data menunjukkan bahwa Zn tikus perlakuan dan kontrol menunjukkan perbedaan yang nyata (F hitung  F tabel 0,05).
Perlakuan terbaik adalah B yaitu pemberian serbuk albumin ikan gabus langsung pada luka. Luka tikus B lebih cepat kering dibanding perlakuan lain. Menurut Harper et al. (1996), penambahan intake Zn akan mempercepat penyembuhan luka. Peningkatan Zn tikus terjadi pada B dan C. Tingginya Zn awal tikus B 0,1863 g/dl menyebabkan luka tikus B lebih cepat sembuh. Peningkatan Zn darah tikus B dan C karena penyerapan Zn oleh tubuh berlangsung sempurna. Untuk perlakuan A dan kontrol mengalami penurunan Zn dalam tubuh hal ini disebabkan kurang baiknya penyerapan dan tingkat pengeluaran dari tubuh yang tinggi. Peningkatan kehilangan Zn dapat terjadi akibat pendarahan kronis, dimana cairan yang hilang mengandung Zn cukup tinggi.

3.3 Berat Badan Tikus
Berat badan tikus A naik 12,57 %, B naik 18,02%,C naik 7,68 % tikus kontrol naik 6,37 %. Berat badan tikus pra dan pasca perlakuan disajikan pada Tabel 3.

Tabel 3. Berat badan rata-rata tikus pra perlakuan dan pasca perlakuan
Perlakuan Pra perlakuan Pasca perlakuan Peningkatan
(g) (%)
A 118.76 133.70 14.94 12.57
B 114.60 135.26 20.66 18.02
C 165.73 178.50 12.77 7.68
Kontrol 199.63 212.36 12.73 6.37

Hasil analisis data menunjukkan bahwa berat badan tikus perlakuan dan kontrol berbeda sangat nyata (F hitung  F tabel 0,01). Rata-rata berat badan tikus perlakuan lebih tinggi dibanding berat badan tikus kontrol hal ini disebabkan karena pemberian serbuk albumin ikan gabus mengandung albumin cukup tinggi yang sangat dibutuhkan tubuh, mengingat fungsi albumin adalah sebagai protein transport. Montgomery et al. (1993), mengatakan bahwa albumin berperan dalam mengangkut molekul-molekul kecil yang kurang larut air seperti asam lemak, mengikat obat-obatan, anion dan kation kecil serta unsur-unsur runutan. Dengan adanya albumin ini tentunya akan memperlancar distribusi zat-zat makanan didalam tubuh sehingga metabolisme berjalan lancar dan pertumbuhan tidak terhambat hal ini ditandai dengan kenaikan berat badan.
Sedangkan tikus kontrol hanya naik 6,37 % karena tubuhnya tidak mendapatkan suplai nutrisi protein yang cukup. apalagi kondisi tikus sedang sakit (dilukai) dan kadar albumin rendah sehingga nutrisi yang diberikan dari pakan masih digunakan untuk proses penyembuhan luka, belum digunakan untuk pertumbuhan. Protein selain berfungsi untuk memperbaiki jaringan yang rusak, juga digunakan sebagai bahan bakar apabila keperluan energi untuk metabolisme tidak mampu dipenuhi oleh karbohidrat dan lemak (Winarno, 1993).

3.4 Penutupan Luka
Dari hasil pengamatan selama 6 hari menunjukkan bahwa pemberian serbuk albumin ikan gabus dapat mempercepat penutupan luka tikus. Kondisi awal luka dinyatakan 100 % dengan panjang luka 2 cm, kedalaman 1 – 2 mm, lebar 3 – 4 mm. Data pengamatan penutupan luka disajikan pada Tabel 4.

Tabel 4. Pengamatan penutupan luka pada tikus
Perlakuan Hari (%)
1 2 3 4 5 6
A 0 12 20.33 35.5 60.16 87.5
B 0 16.66 30.66 50.5 75.83 98
C 0 14 24.83 39.33 64.16 90.16
Kontrol 0 4.16 12.16 24.66 39.33 44.83

Berdasarkan Tabel 4 diketahui bahwa pada hari pertama, luka tidak mengalami perubahan nyata baik tikus perlakuan maupun kontrol. Hari ke dua, tikus A sudah menunjukkan penutupan luka sekitar 12 %, tikus B 16,66 %, C 14 %, sedangkan tikus kontrol hanya mengalami penutupan luka 4,16 %. Hari ke enam pengamatan, luka tikus perlakuan sudah sembuh. Tikus perlakuan A mengalami penutupan 87,5 %, tikus B 98 %, dan tikus C 90,16 % dan tikus kontrol 44,83 %.
Hasil analisis menunjukkan bahwa penutupan luka tikus perlakuan dan tikus kontrol berbeda sangat nyata (F hitung  F tabel 0,01) yaitu tikus perlakuan lebih tinggi dibanding tikus kontrol. Perlakuan yang terbaik adalah B, dengan penutupan luka sebesar 98 %. Hal ini disebabkan karena pemberian serbuk albumin ikan gabus yang mengandung albumin dan Zn, dimana keduanya sangat berperan dalam penutupan luka. Menurut Tandra dkk, (1988), bahwa albumin mempunyai kemampuan berikatan dengan banyak bahan (Zn) sehingga albumin berguna dalam pengangkutan bahan tersebut melewati plasma menuju organ sasaran.
Hasil pengamatan foto jaringan kulit tikus perlakuan dan kontrol hari ke dua menunjukkan luka masih belum menutup. Pada hari ke enam luka tikus perlakuan sudah menutup dan jaringan kulit normal, sedangkan tikus kontrol belum sembuh total. Kulit berfungsi sebagai perlindungan terdiri dari dua lapis yaitu lapisan luar yang tipis (epidermis) dan lapisan tebal yang didalamnya disebut dermis (korium). Epidermis terdiri dari jaringan epitel ektoderm sedangkan dermis terdiri dari jaringan penghubung mesoderm (Arthur et al., 1961). Foto jaringan kulit tikus perlakuan dan tikus kontrol pada hari ke dua dan hari ke enam disajikan pada (Lampiran).



4. KESIMPULAN
Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa pemberian serbuk albumin ikan gabus (Ophiocephalus striatus) dengan metode pemberian secara lansung pada luka (B) mampu mempercepat penutupan luka, meningkatkan kadar serum albumin dan kadar Zn darah tikus dibanding perlakuan yang lain.

5. DAFTAR PUSTAKA

Anonymous, 2003. Pil dan obat-obatan. www.tvrimakasar.com
Davidson, SS.R. Passmore.,JF.Brook.AS.Truswell.1979. Human Nutrition
and dietetics.7th.edition.Churchill Livingstone.Edinburgh.London

Hadiwiyoto, S. 1993.Teknologi Pengolahan Hasil Perikanan.Jilid 1
Liberty.Yogyakarta

Harper, HA.Mayes,PA and Rodwell.VW.1996. Biokimia. Editi 17. alih bahasa
Muliawan. Penerbit buku kedokteran EGC.Jakarta.

Japaries,W.1988. Elemen renik dan Pengaruhnya Terhadap Kesehatan.
Penerbit buku Kedokteran. EGC.Jakarta

Kemalasari,2002. Penggunaan Cairan Koloid di Bidang Penyakit Dalam.
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Jakarta

Montgomery,R. RL.Dryen.tw.Conway,AA.Specton.1993. Biokimia suatu
Pendekatan Berorientasi Kasus.Edisi 4. GadjahMada University Press.
Yogyakarta

Murray.RK. Granner,DK. Mayes,PA and Rodwell.VW,1993. Biochemistry.
Prentice. Hall International Inc.New York.

Prawirokusumo, S. 1994. Ilmu Gizi Komparatif. BPFE.Yogyakarta
Smith,JB. 1988. Pemeliharaan, Pembiakan dan penggunaan hewan
percobaan di daerah tropis.UI Press.Jakarta

Soemarko,1998. Pengaruh diet ikan Kutuk dan Telur Terhadap
Peningkatan Albumin dan Penutupan Luka Oprasi.RSSA.Malang


Suprayitno,E.2003. Albumin ikan gabus sebagai makanan fungsional
mengatasi permasalahan gizi masa depan. Pidato Pengukuhan Guru Besar
Universitas Brawijaya Malang

Traggono, 1990. Petunjuk Laboratorium Analisa Hasil Perikanan. Proyek
Peningkatan Perguruan Tinggi. UGM.Yogyakarta.

Winarno, 1993. Pangan, gizi, Teknologi dan konsumen. Gramedia. Pustaka
Utama. Jakarta



Read More....

Serbuk Albumin

Pengaruh Pemberian Berbagai Serbuk Albumin Ikan Terhadap Penutupan Luka Pada Tikus Putih Wistar (Rattus norvegicus) Eddy S, TJ.Moejiharto dan Titik S

Pada penelitian yang dilakukan oleh Suprayitno et al (2002), tentang pemberian filtrat ikan gabus untuk mengetahui penutupan luka pada tikus putih wistar. Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa pemberian filtrat ikan gabus mampu mempercepat penutupan luka pada tikus putih wistar (selama 3 hari). Dari hasil penelitian albumin yang terdapat pada ikan gabus tersebut, maka perlu juga dicoba untuk meneliti kandungan albumin ikan jenis lain untuk mengetahui seberapa besar kandungan albumin ikan tersebut, dan dapat dijadikan alternatif albumin baru selain ikan gabus.
Tujuan dilakukan penelitian ini adalah untuk menetapkan pemberian serbuk albumin ikan yang paling efektif (pemberian serbuk albumin ikan gabus (Ophiocephalus striatus), mas (Cyprinus carpio), lele dumbo (Clarias gariepinus) dan bandeng (Chanos chanos)), terhadap penutupan luka pada tikus putih wistar (Rattus norvegicus).
Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Sentral Ilmu dan Teknologi Pangan Universitas Brawijaya Malang, Laboratorium Layanan Pengembangan Penelitian Praklinik dan Pengembangan Hewan Percobaan (LP3HP) Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Gajah Mada Yogyakarta, Laboratorium Penelitian dan Pengujian Terpadu (LPPT) Universitas Gajah Mada Yogyakarta. Sedangkan waktu pelaksanaan penelitian ini dimulai pada bulan Maret sampai dengan bulan Agustus 2005.


Metode penelitian yang digunakan adalah metode eksperimen. Penelitian dibagi menjadi 2 yaitu tahap pertama pembuatan serbuk albumin ikan dan tahap kedua uji patologis tikus wistar. Eksperimen dilakukan untuk mendapatkan jenis ikan yang paling efektif dalam penutupan luka pada tikus putih wistar. Dalam eksperimen ini perlakuan yang diberikan adalah pemberian 1 gram serbuk albumin ikan gabus (A1), serbuk albumin ikan bandeng (A2), serbuk albumin ikan lele dumbo (A3) dan serbuk albumin ikan mas (A4) dengan metode sonde, dan kontrol (A0) dan masing-masing dilakukan pengulangan sebanyak 3 kali.
Rancangan percobaan yang akan digunakan adalah Rancangan Acak Kelompok (RAK) dengan pengujian pengaruh perlakuan yang menggunakan uji F. Apabila hasil uji F menunjukkan adanya perbedaan (0,01 < p < 0,05) atau p < 0,01) maka dilakukan uji lanjutan yaitu BNT (Beda Nyata Terkecil) pada tingkat kepercayaan 5% dan 1% untuk menentukan yang terbaik. Parameter uji yang digunakan adalah kadar albumin dan Zn serum darah, penutupan luka dan berat badan, sedangkan uji pendukung yang digunakan adalah profil asam amino dan kadar zn serbuk albumin ikan, uji proksimat untuk ransum pakan.
Dari hasil analisis statistik didapatkan kadar albumin serum darah tikus putih wistar dari pra perlakuan menuju paska perlakuan untuk perlakuan A1 (gabus), perlakuan A2 (bandeng), perlakuan A3 (lele dumbo), perlakuan A4 (mas) tidak menunjukkan perbedaan yang nyata, sedangkan perlakuan A0 (kontrol) menunjukkan hasil yang berbeda sangat nyata dengan perlakuan lain, hal ini berarti ada pengaruh pemberian serbuk albumin ikan terhadap penutupan luka pada tikus putih wistar dibandingkan perlakuan A0 (kontrol). Kadar Zn serum darah tikus putih wistar dari pra perlakuan menuju paska perlakuan untuk perlakuan A0 (kontrol), perlakuan A1 (gabus), perlakuan A2 (bandeng), perlakuan A3 (lele dumbo), dan perlakuan A4 (mas), tidak menunjukkan perbedaan yang nyata. Hal ini menunjukkan pemberian serbuk albumin ikan dengan berbagai jenis ikan tersebut memberikan peningkatan kadar Zn serum darah dibandingkan tikus wistar kontrol. Berat badan tikus putih wistar dari pra perlakuan menuju paska luka masing – masing perlakuan tidak menunjukkan perbedaan yang nyata. Dari hasil analisis untuk penutupan luka dari pra perlakuan sampai paska perlakuan, masing – masing perlakuan A1 (gabus), A2 (bandeng), A3 (lele dumbo), A4 (mas) tidak menunjukkan perbedaan yang nyata, sedangkan perlakuan A0 (kontrol) menunjukkan hasil yang berbeda dengan perlakuan lainnya, sedangkan dari hasil pengamatan, penutupan luka terbaik ditunjukkan pada perlakuan dengan pemberian serbuk albumin ikan gabus, dan dari perhitungan perlakuan terbaik (de Garmo) serbuk albumin ikan gabus merupakan serbuk albumin ikan yang paling efektif dalam penutupan luka. Serbuk albumin ikan yang mengandung asam amino ini sangat berperan penting sebagai nutrisi dalam proses penutupan luka. Untuk mendukung proses penutupan luka yang optimal maka intake protein perlu mendapatkan perhatian.
Saran dari hasil penelitian ini adalah perlu diteliti lebih lanjut tentang kadar albumin dari jenis ikan yang lain yang dimaksudkan sebagai HSA (Human Serum Albumin), sehingga membantu penutupan luka dan penyembuhan luka. Penting adanya penelitian lanjutan untuk menetapkan dosis pemberian serbuk albumin ikan untuk membantu penutupan luka. Untuk mengetahui lebih detail penutupan luka pada jaringan dapat diteliti lebih lanjut dengan foto penampang jaringan 3 dimensi untuk mendapatkan hasil yang lebih teliti.





Read More....

Rabu, 04 Februari 2009

CURRICULUM VITAE

Prof. Dr. Ir. EDDY SUPRAYITNO. MS

Mojokerto, 5 Oktober 1959


Pangkat/Jabatan/Gol
  • Pembina Utama Madya/Guru Besar/IVd

Alamat Rumah
  • Perumahan Karanglo Indah Blok R.27 Malang
  • Tlp/Fax 0341-492386. Hp.0816553441

Email
  • eddysupra@yahoo.com

Alamat Kantor
  • Fakultas Perikanan Unibraw Malang Jl. Sumbersari Malang.
  • Tlp 0341-553512, Fax 0341-557837

Pengalaman Pendidikan :
  • S1 THP Fakultas Perikanan Unibraw Malang Lulus 1983
  • S2 Ilmu & Tek Pangan FPS UGM Yogyakarta Lulus 1988
  • S3 Kimia MIPA FPS Unair Surabaya Lulus 1995
  • Pendidikan Cadoswar LEMHANNAS RI 2002
  • PPSA (Program Pendidikan Singkat Angkatan) XV LEMHANNAS RI 2007

Pengalaman Pekerjaan :
  1. Dosen Fak Perikanan Unibraw Malang 1984-Sek
  2. Dosen Fak Perikanan UHT Surabaya 1990-1992
  3. Dosen Faperta Jur Perikanan UNITOMO Sby1995-2004
  4. Dosen Fapet Jur Perikanan UMM 1995-1998
  5. Dosen FPS Unibraw 1999-Sek
  6. Dosen Pembimbing S2, S3 FPS Unair 1997-Sek
  7. Dosen DIII Agribisnis Perikanan Unibraw 1999-2003
  8. Ketua Program Studi THP FPi Unibraw 1999-2003
  9. Anggota Senat Fak Perikanan 1999-2003
  10. Anggota Senat Fak Perikanan 2003-Sek
  11. Anggota Senat Universitas Brawijaya Malang 2003-Sek
  12. Pembantu Dekan II Fak Perikanan Unibraw 2003-2007
  13. Pembantu Dekan II Fak Perikanan Unibraw 2007-Sek
  14. Dosen Tek Hasil Ternak &Ikan, FTP Unibraw 2000-Sek
  15. Dosen Kewarganegaraan FTP Unibraw 2000-Sek
  16. Dosen Kewarganegaraan FMIPA Unibraw 2003 –Sek
  17. Dosen Kewarganegaraan FIS Unibraw 2004-Sek
  18. Dosen Kwarganegaraan FT Unibraw 2004-Sek
  19. Ketua Komite Sekolah TKN 2000-sek
  20. Ketua Komite Sekolah SMPN4 Malang 2000-sek
  21. Ketua Persatuan Ahli Teknologi Pangan Indonesia Cabang Malang, 2005-sek
  22. Ketua Yayasan Pendidikan Nasional. Dawar Blandong Kabupaten Mojokerto, 1995-sek

Pengalaman Penelitian :
  1. Pengaruh Perebusan Pada Pembuatan Ikan Asin Kering Lemuru (Sardinella longiceps)Dengan Alat Pengering Mekanis Selama Penyimpanan 1 bulan. Skripsi S1 1983
  2. Studi Perlakuan Awal Sebelum Ekstraksi dan Penyimpanan Minyak Hati Ikan Cucut (Centrophorus squamosus). Thesis S2.1988
  3. Studi Komposisi Kimiawi Ikan Asin Kering Layang (Decapterus sp) di Pasar Kodya Malang. 1988
  4. Pengaruh Penggunaan Perbandingan Campuran Daging Ikan Lele Dumbo dan Mujair (Tilapia mosambica) Serta Konsentrasi Santan Kelapa Berbeda Terhadap Kualitas Selama Penyimpanan. 1988
  5. Pengaruh Lama Pendinginan Yang Berbeda Terhadap Kualitas Udang Windu. 1990
  6. Studi Kerusakan Abon Ikan Cucut (Centrophorus squamosus) pada Pemberian Cuka dan Pengukusan Berbeda. 1990
  7. Kajian Kualitas Minyak Hati Ikan Cucut (Centrophorus squamosus) dengan Cara Ekstraksi Berbeda. 1990
  8. Kajian Kualitas Pindang Layang (Decapterus sp) Dengan Konsentrasi Garam Berbeda.1990
  9. Studi dan Pembinaan Kelembagaan Nelayan Pondokdadap Kabupaten Malang. 1991
  10. Studi Penanganan Udang di PT Sumber Bahari Prima Surabaya. 1991
  11. Pengaruh Penggunaan Jenis dan Ukuran Ketebalan Pembungkus Plastik yang Berbeda Terhadap Daya Awet Ikan Hiu Panggang Selama Masa Simpan.1992
  12. Kualitas Ikan Sidat Asap Dengan Persentase Garam dan Kayu Penghasil Asap Yang Berbeda. 1992
  13. Pemanfaatan Ensim Papain Kasar Dalam Ekstraksi Minyak Hati Ikan Cucut (Centrophorus squamosus). 1996
  14. Peningkatan Rendemen dan Kualitas Minyak hati Ikan Cucut (Centrophorus squamosus) Dengan Teknik Ekstraksi Ensimatis. 1996
  15. Pengaruh Pemindangan Berulang Terhadap Perubahan Asam Amino Pindang Layang (Decapterus sp).1997
  16. Kajian Daya Awet Hiu (Centrophorus squamosus) Panggang Pada Perlakuan Pembungkusan Berbeda. 1997
  17. Pemanfaatan Limbah Pengalengan Ikan Tuna. Daging Merah Sebagai Hidrolisat Protein Serta Aplikasinya Dalam Produk Olahan Pangan. ARM. Tahap 1.1997
  18. Kajian Squalen Pada Perlakuan Jenis Ikan dan Lama Pemanasan Yang Berbeda Dalam Ekstraksi Minyak Hati Ikan Hiu (Centrophorus squamosus). 1997
  19. Kajian Mineral Pada Elasmobranchii dan Teleostei. 1997
  20. Profil Asam Amino Pada Elasmobranchii dan Teleostei. 1997
  21. Profil Asam Amino dan Mineral Kalsium Pada Sirip Ikan Cucut (Centrophorus squamosus).1998
  22. Profil Asam Amino dan Albumin Ikan Cucut Charcarias dan Hexanchus. Jurnal Penelitian Perikanan.Vol 3. Desember 1998
  23. Kajian Asam Lemak Omega 3 Ikan Lele Dumbo Dengan Campuran Pakan Ikan Lemuru (Sardinella longiceps). 1998
  24. Profil Asam Amino Albumin dan Zn Ikan Gabus (Ophiocephalus striatus) Pada Lama Pengukusan Berbeda. 1998
  25. Studi Kualitas Permen Kenyal Pada Konsentrasi Karagenan Berbeda. 1998
  26. Kajian asam amino Albumin dan Zn Ikan Gabus (Ophiocephalus striatus). 1998
  27. Kajian Permen Chewy Pada Konsentrasi Tulang Rawan Hiu (Centrophorus squamosus) Dan Gula Pasir Berbeda. 1998
  28. Perhitungan Overlap Ikan Kaleng. 1998
  29. Pengaruh Lama Kematian Yang Berbeda Terhadap Perubahan pH dan Glukose Ikan Nila Merah. 1998
  30. Penggunaan Es Krim Dengan Menggunakan Stabilizer Na Alginat dari Sargassum. Jurnal Makanan Tradisional Indonesia. PKMT IPB, UGM, UNIBRAW. Vol. 1 No 3. 1999
  31. Pengaruh Perbandingan Gelatin, Gum Arab dan Dekstrin Sebagai Bahan Pelapis Terhadap Kualitas Mikrokapsul Minyak Hati ikan Tuna. Jurnal (Terakreditasi). IPM. Agritek. Vol.9 No.4 Agustus 2001
  32. Pengaruh Pengaturan Suhu Inlet Spray Dryer Terhadap Kualitas Mikrokapsul Minyak Ikan Tuna. Jurnal Ilmu2 Teknik. Universitas Brawijaya Vol.6 No.1 Pebruari (Terakreditasi) .2001
  33. Pengaruh pH dan Suhu Inkubasi Terhadap Indek Bias, FFA dan Skualen Minyak Hati Ikan Cucut (Centrophorus squamosus). Natural FMIPA Unibraw. Vol 6 No.1.2002 (Terakreditasi)
  34. Mutu Ikan Cucut (Centrophorus squamosus) Asap Dengan Lama Pengasapan Yang Berbeda. Jurnal Penelitian Perikanan. Vol 5. No2 Desember 2002
  35. Menyajikan Makalah Dalam Lokakarya Nasional. Dampak Globalisasi Terhadap Perempuan. Peranan Wanita Dalam Industri Pengolahan Ikan tradisional di Jatim. PPSW Lemlit. Unibraw Malang. 19-21 Pebruari 2002
  36. Proses Pembuatan Petis Udang (Penaeus monodon). Jurnal Makanan Tradisional Indonesia. PKMT. IPB, UGM, UNIBRAW. Vol 5 No2 Juli 2003.
  37. Kajian Kualitas Puding Serbuk Albumin Ikan Gabus (Ophiocephalus striatus). Jurnal Penelitian Perikanan. Vol 6 No.1 Juni 2003.
  38. Kajian Mutu Fish Nugget Pada Konsentrasi Limbah Ikan Gabus (Ophiocephalus striatus) Yang Berbeda. Jurnal Penelitian Perikanan.Vol 6 No2 Desember. 2003
  39. Kajian Suhu dan Lama Simpan Terhadap Kualitas Margarine Minyak Hati Ikan Cucut. Jurnal Penelitian Perikanan Vol 7 No 1 Juni 2004.
  40. Menyajikan Makalah Dalam Seminar Nasional & Konggres PATPI. Peran Ilmu Pengetahuan dan Teknologi Dalam Menyediakan Kemandirian Pangan di Indonesia. Kualitas Bubur Serbuk Albumin Ikan Gabus (Ophiocephalus striatus). Jakarta 17-18 Desember 2004
  41. Menyajikan Makalah Dalam Widyakarya Nasional Pangan dan Gizi VIII. Jakarta 19 Juli 2004.
  42. Menyajikan Makalah Dalam Seminar Nasioanal Dan Temu Usaha Dalam Rangka Pekan Kebangkitan Agro Dan Bahari. Proses Pembuatan Es Krim Dengan Stabilizer Serbuk Albumin Ikan Gabus (Ophiocephalus striatus). Jakarta 23-28 Agustus 2004.
  43. Identifikasi komponen protein ikan Gabus pada anatomi yang berbeda. 2004
  44. Pengaruh jenis asam dan lama inkubasi terhadap silase limbah cair pembuatan khitin kulit udang Pennaeus.2005
  45. Pengaruh suhu deasetilasi terhadap mutu khitosan Rajungan (Portunus pelagicus).2005
  46. Profil asam amino ikan hiu Carcharinus dussumieri pada daerah penangkapan berbeda. 2006
  47. Profil asam amino ikan hiu jenis Charcharinus sp dan Centrophorus sp. 2006
  48. Pembuatan sirup glukose dari rumput laut Euchema spinosum dengan menggunakan kapang Trichoderma viride. 2007
  49. Fortifikasi rumput laut Euchema cottonii untuk pembuatan sirup. 2007

Pembuatan Buku Ajar :
  1. Pengemasan Bahan Pangan Menggunakan Kemasan Kertas. Fakultas Perikanan. Universitas Brawijaya. Malang.1998
  2. Pengemasan Bahan Pangan Menggunakan Kemasan Gelas.Fakultas Perikanan Universitas Brawijaya. Malang.1998
  3. Pengemasan Bahan Pangan Menggunakan Kemasan Plastik. Fak Perikanan Universitas Brawijaya.Malang. 1998.
  4. Teknologi Proses Pengolahan Ubur2 (Aurelia aurita). Fakultas PerikananUniversitas Brawijaya.Malang.1999
  5. Proses Pengolahan Ikan Dengan Bahan Tambahan. Fakultas Perikanan.Universitas Brawijaya Malang.1999
  6. Proses Pengolahan Ikan Dengan Pengeringan. Fakultas Perikanan Universitas Brawijaya Malang.1999
  7. Peranan Refrigerasi Dalam Industri Perikanan. Fakultas Perikanan Universitas Brawijaya.1999
  8. Pengawetan Bahan Pangan Dengan Cara Pengemasan. Fakultas Perikanan Universitas Brawijaya Malang.1999
  9. Teknologi Pembuatan Abon Ikan Tuna. Fakultas Perikanan Universitas Brawijaya Malang. 1999
  10. Teknologi Proses Pembuatan Cumi2 Kering Asin. Fakultas Perikanan Universitas Brawijaya Malang. 1999
  11. Kerusakan Ikan. Fakultas Perikanan Universitas Brawijaya Malang.2000
  12. Teknologi Kemasan Kaleng. Fakultas Perikanan Universitas Brawijaya Malang.2000
  13. Ensim Lipase. Fakultas Perikanan Universitas Brawijaya Malang. 2000
  14. Denaturasi Protein. Fakultas Perikanan Universitas Brawijaya Malang.2001
  15. Teknik Refrigerasi Hasil Perikanan.Fakultas Perikanan Universitas Brawijaya Malang. 2002
  16. Biokimia Ikan. Fakultas Perikanan Universitas Brawijaya Malang. 2002
  17. Dasar Pengawetan Hasil Perikanan Fakultas Perikanan Unibraw.2004
  18. Nutrisi Ikan. Kebutuhan Lemak. Fakultas Perikanan Unibraw.2005
  19. Biokimia Protein, Karbohidrat, Lemak. Program Pasca Sarjana Universitas Brawijaya.Malang.2007

Pengalaman Pengabdian Pada Masyarakat
  1. Memberi Penyuluhan Memasyarakatkan Makan Ikan di SMK Sewilayah Kab Ngawi Jatim. 1988
  2. Memberi Penyuluhan Memasyarakatkan Makan Ikan di Kota Blitar. 1989
  3. Memberi Penyuluhan Memasyarakatkan Makan Ikan di SPG Mojokerto.1989
  4. Memberi Penyuluhan Masyarakat Tentang Rekayasa Paket Teknologi Ekstraksi Minyak Hati Ikan Hiu Dengan Teknik Bioproses di Sendangbiru. Malang. Vucer.1996
  5. Memberi Penyuluhan Pada Masyarakat Tentang Pengembangan Agriindustri Minyak Hati Ikan Cucut. Kajian Teknologi Ekstraksi Minyak dan Purifikasinya. Di Sendangbiru. Vucer. 1996
  6. Memberi Penyuluhan Tentang Pemanfaatan Silase Dalam Rangka Pencegahan Pencemaran Lingkungan di Daerah Perikanan Kodya Pasuruan. Vucer.1995
  7. Memberi Penyuluhan Pada Masyarakat Tentang Peningkatan Konsumsi Ikan di Desa Burno dan Kandang Tepus Kecamatan Senduro Lumajang. 1990
  8. Memberi Penyuluhan Tentang Paket Teknologi Pembuatan Ikan Pindang Bergisi Tinggi di Sendangbiru Malang. 1995
  9. Memberi Penyuluhan Tentang Paket Teknologi Pembuatan Ikan Pari Asap Yang Baik di Sendangbiru. Malang. 1996
  10. Memberi Penyuluhan Tentang Paket Teknologi Pembuatan Bandeng Presto Bergisi Tinggi di Desa Kroman Kecamatan Gresik Kab Gresik.Vucer1996
  11. Memberi Penyuluhan Pada Masyarakat Tentang Peningkatan Gisi Keluarga Dengan Cara Budidaya Ikan Pekarangan di SMK Nasional Mojokerto. 1997
  12. Memberi Penyuluhan Pada Masyarakat Tentang Pengasapan Cair Ikan Bandeng di Gresik. Vucer 1998
  13. Memberi Penyuluhan Pada Masyarakat Dalam Bentuk Siaran Pedesaan di RRI Malang. Peranan PKMT Unibraw Dalam Pengembangan Makanan Tradisional.1998
  14. Memberi Penyuluhan Pada Masyarakat Dalam Bentuk Siaran Pedesaan di RRI Malang.Pencegahan Penyakit Jantung Dengan Mengkonsumsi Ikan. 1998
  15. Penyuluhan Pembuatan Bakso Ikan Bergisi Tinggi di Desa Sumberpasir Kecamatan Tumpang Kabupaten Malang. 1998
  16. Memberi Penyuluhan Pada Masyarakat Tentang Cara Mengurangi Penyakit Degeneratif Dyslipidemia Dengan Mengkonsumsi Ikan di SMK Mojokerto. 1999
  17. Pembinaan Pengusaha Baru Ikan Pindang dan Kerupuk Udang, Abon Ikan, Dalam Skala Home Industri Model Inti Plasma di Kabupaten Selayar Propinsi Sulawesi Selatan. Kerjasama LSM Plant Internasional Dengan Laboratorium Sentral Ilmu dan Teknologi Pangan.Unibraw.1999-2000
  18. Pembinaan Pengusaha Baru Ikan Pindang dan Kerupuk Udang Dalam Skala Home Industri Model Inti Plasma di Desa Wonorejo Kecamatan Rungkut Kota Surabaya. Kerjasama LSM Plant Internasional dengan Laboratorium Sentral Ilmu dan Teknologi Pangan Universitas Brawijaya Malang. 2000-2001
  19. Pembinaan Pengusaha Baru Ikan Pindang dan Kerupuk Ikan Dalam Skala Industri Rumah Tangga Model Inti Plasma di Desa Gunung Anyar Kecamatan Rungkut Kodya Surabaya. 2000-2001
  20. Penyuluhan Inovasi Teknologi Perbaikan Produk dan Diversifikasi Olahan Produk Perikanan di Kecamatan Brondong Kabupaten Lamongan. 2001
  21. Penyuluhan Inovasi Teknologi Perbaikan Produk dan Diversifikasi Olahan Produk Perikanan di Kecamatan Puger Kabupaten Jember. 2001
  22. Penyuluhan Paket Teknologi Pembuatan Kerupuk Ikan Tengiri di Kecamatan Blimbing Kodya Malang. 2001
  23. Diversifikasi Olahan Ikan Pari Menjadi Kulit Samakan Dalam Upaya Peningkatan Pendapatan Nelayan di Sendangbiru Malang. 2001

Pendidikan Tambahan Seminar, Penataran, Simposium
  1. Mengikuti Short Course on Feeding and Growth. Unibraw. 1988
  2. Mengikuti Short Course Basic Aspects of Food and Agroprocess Engineering. Unibraw. 1989
  3. Mengikuti Penataran Filsafat Ilmu. 19-21 Maret 1990
  4. Mengikuti Penataran Metode Penelitian Ilmu Sosial. 16-26 Juli 1990
  5. Mengikuti Seminar Hasil Penelitian PAU Pangan dan Gisi IPB Bogor. 1990
  6. Mengikuti Lokakarya Optimasi Pendayagunaan Pusat Pendarataan Ikan Pondokdadap Kabupaten Malang. 1991
  7. Menyajikan Makalah Dalam Seminar Ilmiah Pekan Aktualita Pangan dan Gisi. Prospek dan Kendala Pengembangan Industri Perikanan di Indonesia. FTP Universitas Katolik Widya Mandala. Surabaya. 1996
  8. Mengikuti Seminar Makanan Tradisional. PKMT Unibraw.Malang.1997
  9. Menyajikan Makalah Dalam Seminar Makanan Tradisional. Pengaruh Perebusan dan Pengeringan Terhadap Kualitas Ikan Asin Lemuru. PKMT Universitas Brawijaya Malang.1997
  10. Menyajikan Makalah Pemanfaatan Sumberdaya Ikan. Kajian Minyak dan Asam Lemak Omega 3. FTP UPN (Universitas Pembangunan) Surabaya. 1997
  11. Mengikuti Seminar Nasional. Peningkatan Mutu Produk Perikanan Melalui PMMT Guna Pemberdayaan Pengusaha Kecil Menengah dan Besar Dalam Rangka Peningkatan Ekspor. Universitas Brawijaya Malang 1998
  12. Mengikuti Seminar Nasional Makanan Tradisional. Pemberdayaan Makanan Tradisional Dalam Menyikapi Krisis Ekonomi dan Menghadapi Era Globalisasi. 1998
  13. Mengikuti Lokakarya Peningkatan Peran Penasehat Akademik dan Bimbingan Konseling Fakultas Perikanan. Universitas Brawijaya Malang.1998
  14. Mengikuti Pendidikan Singkat Kepemimpinan Eksekutip. Malang.1998
  15. Menyajikan Makalah Seminar Makanan Tradisional. Profil Asam Amino Pindang Bandeng Dengan Proses Berulang. PKMT Unibraw. Malang.1999
  16. Menyajikan Makalah Dalam Probinmaba. Peranan PT Fakultas Perikanan Sebagai Pusat Pengembangan Keilmuan Perikanan Dalam Rangka Menjawab Permasalahan Yang Ada di Masyarakat. 1999
  17. Mengikuti Seminar Nasional Pemberdayaan Industri Pangan Dalam Rangka Peningkatan Daya Saing Menghadapi Era Perdagangan Bebas. PATPI. Surabaya.2000
  18. Sustainability Traditional Tempe Industry and Woman’s Role. The Production of Squalenated Tempe Flour 6. th International Interdiciplinary. Congres on Women Adelaide. 21-26 April. 1999
  19. Mengikuti Seminar Manajemen Hati Nurani dan Manajemen Konflik. LP3 Universitas Brawijaya Malang. 2000
  20. Mengikuti Pentaloka Materi Ajar Kepemimpinan. LP3 Universitas Brawijaya Malang. 2000
  21. Mengikuti Workshop Peran Teknologi Tepat Guna Terhadap Pengembangan IPTEK dan SDM Dalam Rangka Menyongsong OTODA.LPM Universitas Brawijaya Malang.2000
  22. Mengikuti Workshop Penyusunan Proposal Program Technological and Profesional Skill Development Project (TPSDP) LP3 Unibraw. 2001
  23. Instruktur Kewirausahaan LPM( Lembaga Pengabdian Pada Masyarakat) Universitas Brawijaya Malang. 2001
  24. Mengikuti Seminar Penguatan Kelembagaan dan Permodalan Dalam Rangka Pengembangan Pesisir dan Kelautan Indonesia Baru. Fak Perikanan Universitas Brawijaya Malang. 2002
  25. Mengikuti Pelatihan Penyusunan Proposal Pengembangan Program Studi Perguruan Tinggi Universitas Brawijaya Malang. 2002
  26. Mengikuti Lokakarya Nasional Peningkatan Kualitas SDM Perempuan Dalam Mendukung Perekonomian Indonesia. P3W Lemlit Unibraw.2002
  27. Mengikuti Workshop Nutrisi dan Teknologi Pakan Ikan. Badan Riset Kelautan Perikanan. Pusat Riset Perikanan Budidaya. Balai Riset Perikanan Budidaya Air Tawar. Bogor 9 September 2003
  28. Seminar Pelaksanaan Otoda di Wilayah Laut Dengan Tim Sinergitas Pengaturan Pengelolaan Sumberdaya Kelautan dan Perikanan Berbasis Otoda di Propinsi Jawa Timur. 29 Mei 2003
  29. Mengikuti Lokakarya Konsorsium Kemitraan Bahari Jawa Timur. 26 April 2003
  30. Pemakalah seminar nasional dan Temu usaha. Pemberdayaan potensi pangan fungsional dan biofarmaka agro dan bahari dalam menghadapi persaingan pasar global. Jakarta 23-28 Agustus 2004
  31. Presenter Seminar Asean Food Conference. Emerging science and technology in the development of food industry in Asean. Jakarta august 8-10, 2005
  32. Peserta Seminar Nasional Jati diri bangsa menghadapi peluang tantangan post modernisme. Lembaga kerjasama penumbuhan karakter bangsa LKPKB dengan Bakesbang Propinsi Jatim. 25-26 Nopember 2005.
  33. Peserta seminar Informasi kebijakan yang telah dikeluarkan Bank Indonesia (paket januari 2006) dan perlindungan Nasabah. Malang 9 Maret 2006
  34. Peserta seminar nasional mewirausahakan birokrasi untuk menyejahterakan rakyat. Kerjasama DEPDAGRI DAN FIA Unibraw.7 Januari 2006
  35. Pelatihan penyusunan program akreditasi dokumen panduan mutu laboratorium. Laboratorium Sentral Ilmu dan Teknologi Pangan Program hibah Kompetisi SP4 Universitas Brawijaya Malang.18-19 april 2006
  36. Workshop jabatan fungsional dosen dan angka kreditnya. Departemen Pendidikan Nasional Sekretariat Jendral Biro Kepegawaian. Surabaya. 22-23 Maret 2006.
Read More....